Jatuh cinta berjuta rasanya. Aih MinMot lupa, ini tuh lirik lagu yang judulnya apa ya? Nah, di film We Made A Beautiful Bouquet yang tayang pada Japanese Film Festival Online 2024 lalu, jelas menggambarkan tentang siklus hubungan cinta dari dua orang anak muda.
Uhuy … coba kamu yang masih usia akhir belasan dan awal 20-an, diingat lagi momen jatuh cintanya bagaimana perjalannya. Kamu yang usianya sudah lebih matang, mungkin ada yang kisahnya butuh dikenang?
Apakah kisah cintamu akan serupa buket bunga yang digambarkan dalam film yang juga dimainkan oleh Masaki Suda ini? Ehem …. atau malah kisah cintamu lebih indah lagi?
Oleh karena itu, dengan senyum simpul malu-malu, MinMot mau ajakin kamu Ambil Remot dulu. Yuk!
Tentang Film We Made A Beautiful Bouquet
Judul : We Made A Beautiful Bouquet / Hanatabamitai Na Koi O Shita
Tahun Rilis : 2021
Sutradara : Nobuhiro Doi
Penulis Naskah : Yuji Sakamoto
Pemain Utama :
- Masaki Suda sebagai Mugi Yamane
- Kasumi Arimura sebagai Kinu Hachiya
Durasi : 2 jam 4 menit
Rate Usia : 17+
MinMot kasih rambu ya buat kamu yang mau menonton film romantis satu ini. Akan ada sekelebat adegan dewasa dan momen keduanya memutuskan untuk tinggal bersama. Ups … MinMot nggak bermaksud spoiler ya, Gengs.
Sinopsis We Made A Beautiful Bouquet
Love at first sight. Kisah cinta Mugi Yamane dan Kinu Hachiya dimulai dari sana.

Sayangnya, di tahun 2021, setelah 5 tahun keduanya bersama menjalin romansa, hubungan mereka harus kandas. Namun, cara mereka berpisah begitu indah, serupa hadiah sebuah buket bunga. Begitulah sepotong kesan awal yang dihadirkan oleh film Jepang bergenre romance satu ini.
Di tahun 2015, Mugi dan Kinu pertama kali bertemu. Sebuah perjumpaan yang sepele namun memberi kesan spesial hingga keduanya merasakan cinta tumbuh di hati masing-masing.
Berawal dari sebuah momen tertinggal kereta terakhir saat keduanya baru pulang dari suatu acara dengan perasaan kalau “dirinya memang berbeda dibanding temannya kebanyakan” sebab punya hobi yang unik. Kinu dan Mugi tertarik pada mumi. Keduanya pun suka membaca dan senang bermain game.
Penting diingat ya, Gengs. Awalnya, Mugi dan Kinu sama sekali belum kenal satu sama lain, hingga akhirnya takdir mempertemukan keduanya. Circle Kinu dan Mugi jauh berbeda.
Setelah mengobrol panjang hingga hampir jelang pagi di cafe bersama dua orang lainnya yang sama-sama tertinggal kereta terakhir, Kinu yang pertama kali mengajak Mugi berkenalan. Kinu menyadari kalau mereka punya banyak kesamaan.
Pada akhirnya, mereka memang saling nyambung. Mulai dari ketertarikan, buku bacaan, musik, bahkan game, semuanya mirip. Jumpa dengan orang yang sefrekuensi memang asik.
Hingga di malam pertemuan pertama mereka, Mugi mengajak Kinu mengunjungi apartemen tempat tinggalnya dengan berjalan kaki. Kinu tentu nggak menginap. Ia hanya menunggu waktu pagi tiba agar bisa naik bus untuk kembali ke rumah orangtuanya. Lagipula, dini hari itu hujan lebat dan riskan bila seorang gadis berdiam sendirian di cafe lama sekali.
Mendapati Mugi serupa kepingan dirinya yang lain, Kinu senang. Dia bukan lagi penyendiri, “gadis aneh”.
Bahkan, perlakuan Mugi pada Kinu yang memang baru dikenalnya itu, baik sekali. Jelas terbaca oleh Kinu kalau Mugi adalah lelaki lembut yang penuh perhatian. Rambut Kinu yang basah oleh hujan, Mugi bantu keringkan dengan hairdryer pula. Duh, manisnya ….
Di sisi lain, menemukan ada gadis yang jelas-jelas menunjukkan kalau segala yang Mugi sukai memang patut untuk disenangi, perasaan Mugi seketika berkembang. Maka dari sanalah, Mugi sebagai lelaki lekas mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan perasaannya pada Kinu. Tentu nggak saat itu juga sih, Gengs.
Waktu berlalu cepat ketika dua orang tengah bahagia. Dari hubungan cinta tersebut, mendadak mereka memutuskan untuk tinggal bersama.
Mugi yang mengumpulkan penghasilan lewat pekerjaanya sebagai seorang freelance ilustrator, sanggup membiayai kehidupan mereka berdua. Sementara Kinu yang masih menempuh perkuliahan semester akhir, tengah sibuk mencari pekerjaan yang cocok untuk dirinya.
Bisa dibayangkan kan, apa saja yang keduanya berhasil lakukan di apato? Bukan mahram, tinggal seatap, belum halal, wah … kemana-mana nggak tuh? Tapi memang di Negeri Matahari Terbit sana, tinggal bersama bagi sepasang kekasih termasuk lumrah nggak sih?
Hey Gengs … jangan ditiru! Rugi hidupmu nanti.

Kisah mereka pun berlanjut mulus. Kinu bukan tipe perempuan yang gampang ngamuk. Mugi juga tipe lelaki yang tenang, sabar, juga penuh sayang.
Perlakuan Kinu nggak pernah sekali pun berubah pada Mugi. Demikian pula sebaliknya.
Obrolan soal pernikahan pun pernah mereka bahas bersama. Tapi kok, ujungnya mereka berpisah juga?
Lalu, perpisahan macam apa yang menjadikan hubungan keduanya bak sebuah buket bunga? Setelah 5 tahun bersama, sudah ngapa-ngapain karena tinggal seatap berdua dan tidur bersisian di kasur yang sama, apa kurangnya Mugi untuk Kinu, dan Kinu untuk Mugi?
Tinggal Bersama Saat Pacaran Memang Banyak Mudharatnya
Memangnya ada yang bisa melarang seseorang untuk nggak jatuh cinta? Adakah sesuatu yang bisa menahan rasa kasih dan sayang tumbuh dalam benak setiap anak manusia? Sulit, dan memang sudah fitrah kan ya?
Awalnya nih, tinggal seatap berdua, saling membutuhkan, indah luar biasa. Sepakat sih MinMot kalau cinta itu serupa sebuah buket bunga. Saat pertama kali diterima, tentu si buket akan dipandangi dengan saksama, lalu dihidu aroma wanginya sembari memejamkan mata. Hhh … semerbak wanginya merasuk hingga ke jiwa.
Namun setelah lama berlalu, bunga bisa jadi layu. Sebuah hubungan yang nampak sempurna lagi luar biasa, belum tentu menjadikan sepasang kekasih tadi berhasil menempuh jalan cinta berdekade lamanya alias berumahtangga sakinah mawaddah wa rahmah.
Hubungan Kinu Hachiya dan Mugi Yamane kurang panjang apa, coba? Saling mengenali kebiasaan masing-masing sepanjang 5 tahun, tentu sudah masuk ke tahap terbiasa dan nggak banyak komplainnya.
Tapi ya, cinta antara dua orang yang seusia itu, beda banget dengan cinta yang berasal dari orangtua. Eh, apakah keduanya putus karena keluarga keduanya nggak setuju?
Bukan itu sih. Masaki Suda kan juga bermain di film Father of The Milky Way Railroad nih. Nah, kalau di tontonan sebelah sana, berasa banget Masaki Suda dihujani cinta ayahnya. Kalau di sini, karakter Mugi yang ia mainkan malah dituntut sang ayah untuk jadi selayaknya lelaki klan Yamane yang siap siaga tanggung jawab pada keluarga. Makanya, Mugi kepikiran untuk nikah secepat mungkin sama Kinu.
Terus MinMot, masalah yang bikin mereka putus tuh, ada di keluarganya Kinu nih? Bukan juga, Gengs.
Maka dari itu, MinMot merekomendasikan kamu yang sudah usia matang, punya pacar, atau sedang jatuh cinta, buat ikutan nonton film We Made A Beautiful Bouquet ini. Cari yang legal tapi ya kalau memang kamu kelewat buat nonton di ajang film festival kemarin. Semoga ada intisari dari cinta yang bisa kamu mukan di dalam filmnya.
Ahay romantis banget si Mugi ini. Sampe hal kecil pun diperhatikan secara detail. Ternyata di Jepang juga membolehkan kumpul kebo ya. Tragis juga ya kisah ini, udah pacaran 5 tahun, eh ujung-ujungnya harus putus juga. 5 tahun bukan waktu yang sebentar. Kelamaan pacaran sih wkwkwk
Ternyata di asia juga ada yg Livin together euu miris ya. Tapi emang Livin together emang bedaaa jauuuh makanya rawan perpisahan.
Btw ini bisa ditonton di web atau app mana?
Kemarin sih MinMot nonton pas festival film Jepang online. Kalauau cari versi legalnya di platform, mungkin bisa kepoin beberapa platform besar yang suka tayangin film Jepang.
Sayang banget jika hubungan dijalani 5 tahun akhirnya putus juga. Apalagi sudah tinggal bareng, rugi yang jadi ceweknya. Kalo di Indonesia tabu banget belum nikah udah tinggal berdua satu atap ya.
Wah beda tipis ini ceritanya sama aku. Klo aku putus selama 6 tahun tapi ngga tinggal bareng. Ini termasuk juga kerugian yang ngga ada pacaran malah langsung ke jenjang pernikahan.
wah udah lama enggak nonton film jepang nih. ceritanya menarik. kuy lah buat tabungan tontonan weekend nanti
Padahal si Mugi kepingin nikah sama Kinu, tetapi… Hemm, kalu udah nuansa romance suka ada aja problemnya ya, walau mungkin bakalan ketebak alur ceritanya kayak gimana
Yah, nampaknya Jepang memang tidak jauh beda dengan China. Saat pacaran bukan hal yang tabu untuk tinggal bersama. Yah, meski banyak negara lain juga begitu. Tapi, aku baru nonton Drama China dan baca tentang film Jepang.
Menurutku ya, mau dibuat seindah bouquet bunga pun. Namanya perpisahan tetap saja meninggalkan kesedihan. Apalagi buat pasangan Mugi dan Kinu yang sudah tinggal bersama selama 5 tahun.
Minimal kalau di kehidupan nyata, meski sebentar pasti ada masa galaunya di antara mereka berdua. Hehehe….
Nama Masaki Suda kok kayak familier, ya? Oalah … Yang main jadi Sho Mutou di Tamiou ternyata. Dah makin mature perannya yak.
Iya ya, Kak.
Makin ke sini makin mature memang.
Jepang juga “negara timur”, kan ya. Rasanya pengen nyentil orang-orang yang sedikit-sedikit bilang, “Kita harus menjaga nilai-nilai ketimuran.” Ketimran nu mana?
Aduh, MinMot mendadak kehilangan kata-kata sih kalo begini. E tapo ya bener juga sih.
Namanya juga takdir kali ya kak Udh pacaran lama aja masih berujung perpisahan. Apalagi yg baru berumur jagung. Emg hubungan tuh ga bs berjalan mulu. Lbh baik putus di tengah jalan drpd udh pernah jalan bersama (dlm jenjang pernikahan).
Ah jadi pengen nonton deh filmnya. Seru kyknya krn ini menyangkut kisah seseorg dan bs mengenang masa2 pacaran dulu.
Tapi tapi tapi …. mereka kaaannn.
Ah sudahlah, MinMot nggak sanggup spoiler.
Wah, seru juga cerita film ini ya
Film Jepang memang punya cerita yang sangat menarik
Nonton legal dimana nih min?
MinMot sih kemarin nontonnya di Festival Film Jepang Online 2024 nih, Gengs.
Hmm … mungkin sudah muncul di platform streaming legal. Met hunting yaaa.
Duh, cute banget sih kisah cintanya Mugi dan Kinu. Tapiii, di luar dari kisah mereka, ada pelajaran yg bisa diambil, setuju sih sama pesan di akhir ripyu ini MinMot, jangan buru² nikah deh kalo ga mau berakhir kacau, hihi..
Salfok sama analoginya tentang cinta. Apik banget euy. Cinta itu bagaikan buket bunga yang awalnya harum dan dihirup wanginya lama kelamaan jadi layu. Tapi kasian si Mugi, jadi penasaran gimana kelanjutannya.
si Kinu Hachiya dan Mugi suruh nikah deh, biar ngerasain kalo pacaran sama married life itu jauh berbeda, meski mereka udah hidup bersama! wkwkwkwk, belum tau mereka sewow apa married life, hahahaha. tapi aku penasaran sih, dengan konflk internal apa yang terjadi diantara mereka padahal mereka punya banyak kesamaan
Panjang juga durasinya ya sampai 2 jam lebih. Catet judulnya, oan kaoan mau nonton hehe
“Kamu yang usianya sudah lebih matang, mungkin ada yang kisahnya butuh dikenang?” Terkadang melalui sebuah film, kenangan masa muda seperti dibuka lagi.. Jadi senyum-senyum sendiri.
AKu ikutan kepo nih jadinyaaa.. MinMot bikin pembaca penasaran.
Kenapa pasangan ini memilih untuk jalan masing-masing, apakah tantangan yang mereka hadapi sangat berat?
Tapi iya sih, saat perpisahan itu bisa jadi indah kalau memang demi kebaikan masing-masing.
Aku setuju dengan ini, gak selamanya perpisahan itu buruk.
Film jepang ini memang alurnya romantisnya kebanyakan. Bisa jadi inspirasi hubungan lawan jenis. BTW itu judulnya typo ndak si? hehe
Kyaaaa … MinMot disadarkan. Masih banyak yaaaa …..