Anime Supremacy! : Cerita Kehidupan Para Animator Jepang

film haken anime!

Menonton film Jepang Anime Supremacy! menyadarkan MinMot akan satu hal yang bisa jadi selama ini terlewat karena kurang aware. Meninggalkan bioskop begitu saja padahal filmnya belum selesai diputar, alias tinggal menampilkan credit title-nya doang.

Kamu pernah begini? Aih … kita sama, Gengs.

Lho, kenapa sih? Bukannya memang sah-sah saja ya? Lagian kan filmnya sudah kelar ini.

Ish ish … mungkin kalau kamu ikutan nonton salah satu film yang — MinMot sih jadikan film ini sebagai film pembuka sepanjang menyaksikan Japanese Film Festival Online 2024 — kamu bakalan tersadarkan. Proses menciptakan sebuah karya gambar bergerak itu beneran nggak mudah.

Tentang Film Anime Supremacy!

Seperti yang sudah MinMot senggol di postingan sebelum ini, kalau film Anime Supremacy! ini senapas dengan Its A Summer Film! yang angkat tentang sekumpulan orang Jepang yang punya passion banget di dunia perfilman. Tapi, kali ini, bentuk tayangan yang diproduksi adalah serial animasi.

Sebelum curhatin filmnya lebih lanjut, MinMot mau mengenalkan dulu profil dari film yang sebenarnya bergenre drama komedi — tapi kok lebih kental dramanya ya — dan dirilis pada 2022.

Siap? So, yuk … Ambil Remot. Turn in on and enjoy!

Judul : Anime Supremacy! / Haken Anime!

Tahun Rilis : 2022

Sutradara : Kohei Yoshino

Penulis Naskah : Yosuke Masaike, Mizuki Tsujimura

Pemain :

  • Riho Yoshioka sebagai Hitomi Saito
  • Tomoya Nakamura sebagai Chiharu Oji
  • Tasuku Emoto sebagai Tasuku Yukishiro
  • Machiko Ono sebagai Kayako Arishina

Durasi : 128 menit

Rate Usia : 13+

Sinopsis Film Jepang Anime Supremacy!

Berkisah tentang Hitomi Saito yang memilih bekerja sebagai seorang animator, lebih spesifiknya sebagai seorang kantokku alias sutradara dari anime. Padahal sebelumnya, ia sudah pernah bekerja sebagai pegawa negeri sipil.

Saat sesi wawancara di Tohei Animation, ia menyampaikan tekadnya untuk mengalahkan seorang sutradara anime nan jenius, Chiharu Oji. Alasan yang kemudian seketika mengubah haluan karirnya dan berakhir sebagai seorang sutradara anime perempuan.

Nampaknya, anggapan bahwa kaum perempuan itu nggak selalu dapat diandalkan di bidang pekerjaan, bukan hanya terjadi di tanah air kita saja, Gengs. Di Jepang pun sama.

Walau setelah beberapa tahun berlalu, Hitomi Saito masih juga diremehkan. Takdir tetap saja membawa langkahnya untuk mendapat sebutan sebagai Saito Kantokku karena posisinya yang baru.

Di film Anime Supremacy! ini, tokoh utamanya tertuju pada seorang sutradara muda, perempuan pula. Pekerjaan sebagai animator nggak menjanjikan kemudahan. Hidup Hitomi Saito berubah sepi, seorang diri, seolah terombang-ambing sana-sini.

Si manager marketing yang nggak ngasih jeda untuk Saito Kantokku napas dikit dan duduk tenang untuk mikirin storyboard

Sedari awal, ia kelihatan kurang lihai membimbing timnya dalam mengerjakan sebuah anime yang berjudul Soundback. Parahnya lagi, rekan kerjanya yang seorang marketing, Tasuku Yukishiro, persis pengganggu.

Mana pernah Hitomi Saito punya waktu yang senggang untuk sebentar saja fokus pada naskah dan detail cerita. Yukishiro terus saja mengajaknya wara-wiri, ke sana dan ke mari. Rapat dengan sponsor, diwawancara oleh radio, acara dengan tim dari televisi, bahkan pemotretan. Hitomi sebal, Yukishiro tetap bebal.

Bagi Yukishiro, anime buatan mereka harus dapat promosi besar. Apalagi kan nama Hitomi Saito selaku sutradara rookie, belum punya gaung sama sekali.

Sayangnya, Hitomi jadi tertekan. Ia seolah nggak bisa bernapas.

Namun, pada jumpa pers sebelum rilisnya anime Soundback, Hitomi Saito mendapat kesempatan untuk berjumpa langsung dengan sosok yang selama ini ia idolakan tapi juga ia jadikan patokan tantangan atas karirnya, Chiharu Oji. Kebetulan, Oji Kantokku ini juga sedang mempromosikan calon anime terbarunya, Liddel Light.

Apakah Hitomi-chan bisa menuntaskan misinya untuk bersaing sehat dengan Oji-senpai? Let see, Gengs.

Sebab berjumpa dengan sosok yang ia anggap sebagai ‘patokan kesuksesannya sebagai kantokku’, Hitomi memprovokasi. Terang-terangan di hadapan publik, si sutradara rookie ini menyatakan perang pada Chiharu Oji.

Apakah Hitomi Sato yang anak baru kemarin, berhasil memenangkan persaingan dengan sang sutradara anime jenius Chiharu Oji? Apakah karirnya sebagai kantokku akan baik-baik saja, bila akhirnya Hitomi Saito kalah nantinya?

Di sisi lain, rupanya kehidupan Chharu Oji ternyata nggak mudah. Ia tertekan atas label sebagai sang sutradara jenius karena karyanya yang sudah lalu.

Tekanan tersebut membuatnya kabur, menghilang hampir selama satu minggu, tanpa bisa ditemukan oleh sang produser yang selalu membersamainya sepanjang bertahun-tahun, Kayako Arishina.

Mundur ke kisah sebelum pertemuan Chiharu Oji dan Hitomi Saito, Kayako Arishina dibuat setengah gila oleh kelakuan sutradara — rekan kerja tapi tugasnya jadi mirip pengasuh atau asisten spesial — akibat tingkah Oji Kantokku. Bukan apa-apa, sutradara satu ini menghilang tanpa kabar persis ditelan Bumi.

Arashina-san sing : bingung bingung kumemikirkan kelakuan Chiharu Oji

Menggarap serial anime, ternyata bisa memberi tekanan berat dalam keseharian sutradaranya. Chiharu Oji sengaja menghilang (bahkan dicari di rumahnya oleh Arishina pun nggak ada lho) demi menemukan ide untuk menyelesaikan storyboard anime yang tengah digarap timnya.

Dari sini MinMot lekas menyadari, salah satu alasan terkuat, mengapa kita sebagai penonton perlu memilih untuk menonton secara legal itu, tergambar jelas kalau usaha orang-orang di balik layar nggak pernah sebercanda jari kita mengunduh tayangan ilegal baik dari media sosial maupun situs yang menyediakannya. Jungkir-balik, segala pikiran dan waktu dikerahkan.

Apakah tingkah Chiharu Oji yang begitu, sebab ia menyadari kalau bakat Hitomi Saito sebagai sutradara rookie sebenarnya mumpuni? Atau karena ia tertekan oleh anggapan bahwa dirinya sutradara jenius yang semua karyanya jaminan bagus? Atau, apa?

Kamu bisa mencari tahu semuanya lewat menonton Anime Supremacy! secara free selama masih tayang di Japanese Film Festival Online 2024. Jika kamu terlambat, semoga kamu menemukan platform legal yang menyediakan film bagus satu ini. MinMot aminkan paling serius.

Jungkir Balik Dunia Animator

MinMot menemukan sebuah fakta kalau berkarya nggak bisa hanya seorang diri saja. Kolaborasi selalu menjadi kunci.

Klise ya? Tapi memang begitulah yang terjadi dalam lingkup industri kreatif, Gengs. Berhenti individualis kalau ingin karyamu menemukan panggungnya sendiri.

Melirik keseharian dari Hitomi Saito, sang sutradara pemula, rasanya waktu habis hanya untuk memikirkan cerita yang sedang dikerjakan. Orang-orang lain, mulai dari penggambar background, penggambar karakter, penulis cerita, produser, pengisi suara alias seiyu, semua saling bahu-membahu.

Rasa memiliki karya secara bersama-sama itulah yang rupanya menggerakkan seluruh tim. Tentu, ada saja gesekan yang terjadi, kan? Sesuatu yang butuh ditangani dengan kesepakatan yang nggak akan selalu menyenangkan hati setiap orang.

Membuat sebuah serial animasi, hampir sama dengan membuat film di lapangan. Bedanya, segalanya lebih banyak dilakukan di kantor. Pun tokohnya dihidupkan lewat gerak, gesture, dan suara dari para voice talent-nya.

Banyak scene yang menampilkan kalau seluruh tim lembur hingga malam. Ada pula yang harus melewatkan kegiatannya di akhir pekan, hanya demi menuntaskan misi untuk menyelesaikan tugasnya, demi hadirnya anime tadi ke hadapan penonton.

Jepang sebagai negara yang dikenal luar sebagai sebuah kerajaan anime pun, rupanya punya persaingan ketat antar sesama anime yang tayang di waktu bersamaan. Mereka saling bersaing dalam rating dan share persis tayangan televisi lainnya.

Anime yang selama ini dilekati oleh anggapan sebagai tayangan halu karena sisi kehidupan tokohnya sering terlihat ajaib, rupanya digambarkan demikian dengan alasan. Yaitu … imajinasi adalah milik semua orang.

Namun di sisi lain, para animator ini juga punya misinya tersendiri. Ada yang ingin menghadirkan karya yang mampu membuat dirinya merasa puas, seperti Chiharu Oji. Ada pula yang menciptakan karakter dan jalan cerita sebuah anime, sebab ingin memberi pesan para penontonnya. Mirip sama novelis juga kan ya?

Last … film Jepang berjudul Anime Supremacy! ini akan membawamu jauh memahami bagaimana seorang animator berproses dalam menghasilkan anime. Selain itu, seperti yang MinMot senggol di atas, kamu bisa saja tergoda untuk makin menghargai suatu karya tontonan dengan menyaksikan filmnya sampai benar-benar habis credit title-nya.

Di akhir film ini, ada scene kejutan yang menjelaskan ending persaingan antara Hitomi Saito dan Chiharu Oji. Jelas, gamblang sekali.

Artikel yang Direkomendasikan

24 Komentar

  1. Selama ini seniman lebih dikenal sebagai individualis yah. Nah, anime sebagai seniman juga, tapi harus mau kolab nih, karena lahirnya film animasi engga bisa sendirian.
    BTW…di bioskop aku termasuk yg nungguin sampai selesai loh credit tittle. Suka nungguin lagu/musiknya siapa yg bikin…hehe

  2. Ini sepertinya seru. Apa lagi kita bisa melihat kehidupan dibalik layar dari sebuah animasi.

  3. Wah seru ya ada kisah tentang para animator. Jadi tahu gimana kerjaan mereka di balik layar. Nah mereka ini animator beneran apa hanya aktor?

    Keingat animator / penulis komik legendaris Jepang seperti Naoko Takeuchi, CLAMP, dll.

  4. Semenjak sering nonton film Marvels, selalu nonton sampai benar-benar selesai, bahkan hingga credit title selesai pun tetap ditungguin, hehehe… Ih baru tau kalo fenomena kaum hawa seputar dunia kerja juga terjadi di Jepang ya, kirain di Indonesia aja. Keren kali niih

  5. Saya sudah menduga Hitomi Saito pasti ada ambisi tertentu untuk menjadi sutradara anime. Apalagi selama ini, sutradara anime perempuan diremehkan. Tapi memang semua butuh perjuangan, contohnya harus menepi jauh hanya sekadar mencari ide.

  6. Namanya sebuah karya. Jelas nggak bisa kita anggap remeh. Apalagi untuk anime.

    Tokohnya bukan manusia yang bisa menampilkan gerak sendiri. Kalau anime kan butuh banyak perjuangan untuk menampilkan gambar yang bergerak.

    Sehingga, benar sekali anggapan bahwa kita seharusnya tidak menyia-nyiakan karya seseorang dengan menonton secara ilegal.

  7. Wah iya nih selagi masih ada kesempatan nonton JFFO jangan sampai disia-siakan. Kapan lagi bisa nonton anime sambil melihat karya keren yang pastinya sinematografi nya gereget ya

  8. Wah aku juga kalau nonton di bioskop kalau udahan ya pulang aja, hehe. Ternyata di Jepang juga sama yaa seniman perempuan dipandang sebelah mata dan diremehkan. Padahal perempuan juga berhak punya karya. Seru banget nih film nya menceritakan animator Jepang.

  9. Ada aja ya idenya sineas Jepang bikin cerita. Sekarang dunia anime juga dibuat storynya. Kayaknya seru ini.

  10. FIRSTY UKHTI MOLYNDI

    molly belum nonton film ini di jff online. baru yang the lines that defines me aja. jadi ingin cus nonton juga.

  11. Wiwin Pratiwanggini

    Bikin anime bisa jadi adalah wadah si animator untuk menuangkan imajinasinya secara maksimal. Memang jadinya seru sih walau kadang saya sendiri merasa aneh “kok bisa si tokoh itu begini begitu?”

    1. Sepakat, baik novelis maupun animator semuanya bebas berkarya karena imajinasi itu luas dan .milik sua orang

  12. Aku kalo nonton film suka lihat credit titles nya. Penasaran siapa aja sih nama-nama dibalik film keren tersebut. Dan ya, dari credit titles tersebut kita bisa tau kerjasama dari para orang-orang hebat tersebut untuk menghasilkan sebuah tontonan yang apik.

  13. Wah, kok seru ini
    Bisa dibilang ini cerita di balik layar pembuatan anime
    Ini nontonnya dimana ya kak acha?

  14. Bikin film animasi emg ga gampang loh. Bahkan biayanya jg lebih mahal dibanding film dgn karakter org asli.

    Film biasa kadang hanya butuh budget minim tp bs cuan besar. Nah anime ini emg pny basis penikmat tersendiri.

    Ah mau ikutan nonton Japan Film Festival online ahh. Kyknya seru film ini. Udh lama ga nonton anime.

  15. Belum pernah nonton film anime ini, ini bagus ya jadinya kita tahu tentang kehidupan para anime di Jepang seperti apa dan interakasi mereka dengan yang lainnya

  16. Nurul Mutiara R.A

    Wkwkkw kalau aku nonton bioskop dulu emang sering pergi langsung kalau filmnya udah selesai. Tapi semenjak nonton film apa gitu yg setelah kredit ternyata ada scen lanjutan. Aku jadi nungguin sampai bner2 selesai hihi

  17. Jarang nonton film atau pun drama Jepang. Padahal ternyata tidak kalah bagus ya ceritanya dibanding dengan Korea, Cina, atau Thailand. Kapan-kapan mesti nonton nih.

  18. Ide yang diangkat dalam Anime Supremacy lumayan unik dan memang jarang atau bahkan mungkin belum ada yang mengangkat sebelumnya, jadi kita sebagai penikmat film akan punya gambaran baru tentang dunia perfilman anime

  19. Dalam berkarya membutuhkan kolaborasi, tapi untuk kolaborasipun kita harus bisa menemukan partner yang passionya sama dengan kita. Jadi untuk bergerak kedepannya juga lebih enak.

  20. Dibalik gmbar anime para animator, ternyata ada kehidupan yg gak mudah dijalani ya. Salut sama mereka

  21. Saat nonton bioskop, aku pasti stay sampai layarnya udah nggak ada apa-apa lagi. Credit tittle dibacain, lumayan sambil nunggu penonton lain keluar he-he. Tapi membaca cedit tittle ini buat aku menyenangkan sih, apalagi kalau film yang ditonton membekas di hati.

  22. seru nih, bisa jadi referensi buat nonton weekend ini sambil nyetrika, hahaha. kebetulan aku lagi suka film film jepang akhir akhir ini

  23. waaa iya, aku sering banget ninggalin bioskop pas film selesai diputar, jadi gak merhatiin creditnya. Whooaaa ternyata dunia peranimasian tuh tekanannya gede ya kak. sutradaranya sampe sempet menghilang seminggu karena ngerasa tertekan karena karya sebelumnya oke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *