Gengs, ada nggak sih yang kamu sesali di masa lalumu? Kalau iya, mungkin kamu akan iri dengan apa yang dialami tokoh Arata Kaizaki dalam film jepang ReLIFE.
Hmm … pertanyaan begini tuh, memang paling gampang ya ditanyainnya. Ya … mungkin, karena setiap orang selalu punya masa lalu yang kemudian disesalinya di masa depan.
Masa lalu memang memberi pengaruh pada kehidupan seseorang yang selanjutnya dijalani ya. Saya jadi teringat pada film Dua Garis Biru, tentang dua remaja SMA yang salah jalan, sampai memberi pengaruh panjang di masa depan mereka. Eh, tapi nggak ditampilkan secara tersurat sih di filmnya.
Nah, kalau di fllm jepang keluaran tahun 2017 ini, memang ceritanya diadaptasi dari manga berjudul sama yang terbit pada 2013, kemudian dihadirkan dalam bentuk anime pada 2016. Tentu, judul yang dipakai pun, sama, ReLIFE.
Kalau sudah dihadirkan ke dalam tiga media seni begini, maknanya, plot kisah yang disajikan sebagai ide utama, pasti bagus.
Tentang Film Jepang Re-LIFE
Sebelum mengulas lebih jauh tentang live action ReLIFE, saya tergoda untuk mengenalkan lebih dahulu, perjalanan si ReLIFE sampai bisa dinikmati dalam bentuk film.
Riraifu, begitu cara membacanya dalam aksen Jepang, awalnya ditulis oleh Yayoisi dalam bentuk manga, lalu diterbitkan oleh Naver Coorporation melalui imprint Earth Star Comics. Hadir dalam 15 volume, sejak Oktober 2013.
Di tengah-tengah perjalanannya, seri manga ReLIFE ini pun diadaptasi menjadi bentuk anime. Disutradarai oleh Tomo Kosaka, dengan skenario yang ditulis oleh Michiko Yokote dan Kazuho Hyodo. Hadir sepanjang 13 episode di bawah bendera TMS Entertainment pada 2016.
Nah, nggak pakai lama nih, ReLIFE kemudian diadaptasi lagi dalam bentuk live action alias film pada 2017. Kemudian, bisa saya saksikan secara streaming sepanjang Japan Film Festival 2022 lalu.
Judul : Re-LIFE
Tahun Tayang : 2017
Sutradara : Furusawa Takeshi
Penulis Skenario : Aso Kumiko
Pemain Utama : Taishi Nakagawa, Yudai Chiba, Yuna Taira, Elaiza Ikeda, dan Mahiro Takasugi
Durasi : 1 jam 59 menit
Rate Usia : 13+
Sinopsis Film Jepang ReLIFE
Penonton, di scene pertama, sudah dikenalkan kepada seorang pemuda berusia 27 tahun yang hidup sebagai pengangguran, Kaizaki Arata (diperankan oleh Taishi Nakagawa).
Ia bangun dalam keadaan kamar tidur yang berantakan, wajah yang kurang terurus alias belum cukuran. Penampakannya suram. Masuk ke dalam kelompok NEET (Not in Education, Employment, or Training). Kalau istilah di negara kita sih, madesu alias masa depan suram. Solanya, doi pengangguran alias membebani hidupnya dengan pendapatan serabutan dan – kebanyakan sih ya – hikikomori atau menjadi beban bagi orangtua.
Begitulah, karakter Kaizaki Arata yang langsung memancing kasihan. Ditambah, dia membohongi teman-temannya sendiri. Dia malu untuk jujur kalau dia sudah lama nggak bekerja sebagai karyawan kantoran lagi, seperti sebelumnya. Dia nggak punya pemasukan tetap. Berat.
Kebohongan yang terus dia dukung dengan tampil rapi saat berkumpul untuk minum-minum dengan beberapa temannya. Begitu memang beban dari rasa malu atas nasib buruk yang dijalani akibat kecerobohannya sendiri.
Semula, Kaizaki Arata sempat memiliki pekerjaan. Ia menikmati rasanya bekerja sebagai karyawan pada sebuah perusahaan. Sampai pada suatu keadaan, ia meyadari perisakan dan ‘saling tekan’ yang terjadi di perusahaan itu, terhadap seorang wanita seniornya yang bernama Saiki.
Polosnya, dan tanpa memikirkan kultur yang sudah terlanjur mendarah-daging pada perusahaan tadi, jiwa baik Kaizaki Arata mendorongnya untuk melaporkan masalah tersebut pada atasannya. Kemudian, bukan hasil baik yang didapat. Seniornya, Saiki, malah memilih resign. Belakangan Kaizaki Arata mendapati kabar kalau seniornya tersebut meninggal bunuh diri.
Seketika, Kaizaki Arata merasa bersalah, tertekan. Momentum yang membawanya resign, padahal baru menjadi karyawan selama 3 bulan. Parahnya, dia adalah seorang fresh graduated. Posisi yang selanjutnya akan jadi pertimbangan krusial, ketika melamar ke tempat kerja selanjutnya. Kan HRD jadi curiga, jangan-jangan kandidat yang begini memang bermasalah, makanya diberhentikan dari kantor sebelumnya. Iya kan?
Lama berselang, sukseslah Kaizaki Arata sebagai kaum NEET. Berbohong tentang pekerjaannya. Hidup pas-pasan dan nggak punya uang, padahal tinggal sendirian di apartemen sederhana. Ngenes banget.
Sampai, di suatu malam, saat Kaizaki Arata sama sekali nggak punya uang, dia bertemu dengan Yoake Ryou (diperankan oleh Yudai Chiba). Ia mengaku sebagai orang yang bekerja pada sebah perusahaan bernama ReLIFE Research Institute.
Yoake Ryou menawarkan agar Kaizaki Arata mau menjadi objek penelitian mereka. Dimana Arata diminta untuk meminum sebuah pil berbentuk biru yang kemudian akan membuatnya secara fisik menjadi 10 tahun lebih muda.
Percobaan tadi akan dijalani sepanjang satu tahun. Biaya hidup dan kebutuhan Arata lainnya akan ditanggung oleh ReLIFE. Bahkan, jika lulus, ia akan dibantu dicarikan pekerjaan. Nampak menyenangkan bukan? Sayangnya, jika ia membocorkan identitasnya, maka semua ingatannya akan hilang.
Selanjutnya, tentu saja Arata menolak. Payahnya, Yoake bisa menyelipkan pil tadi ke kantong Arata.
Lebih payah lagi, Arata akhirnya meminum pil tersebut tanpa sadar, saat sedang mimum alkohol sebelum tidur, demi menghilangkan perasaan tertekan yang dialaminya sebagai seorang NEET.
Dhuar! Paginya, ia terbangun dengan perasaan nano-nano karena mendapati dirinya yang secara fisik, kembali menjadi remaja berusia 17 tahun.
Lalu, dengan berbagai pengarahan yang diberikan oleh Yoake Ryou, akhirnya Kaizaki Arata menjadi salah satu siswa pindahan pada sebuah SMA. Di sinilah, ia berkenalan dengan Hishiro Chizuru (diperankan oleh Yuna Taira), Rena Kairu (dimainkan oleh Elaiza Ikeda), dan Kazuomi Oga (diperankan Mahiro Takasugi).
Bisakah Kaizaki Arata memperbaiki kehidupannya?
Hmm … saya sedikit mendapati kesan, bahwa kadang kehidupan masa remaja, sering diabaikan segi-segi positifnya setelah dewasa. Semisal Arata ketahuan membawa rokok ke sekolah. Bahkan berbicara santai dengan gurunya, hanya karena dia merasa, secara usia, dia lebih senior. Tapi, ada sisi lain, dimana pikirannya yang tetap menjadi Arata dewasa lah yang kemudian menghadirkan banyak hikmah dan kejutan-kejutan tersendiri bagi Kaizaki Arata.
Lalu. Apakah Arata bisa mengubah masa depannya melalui ReLIFE?
Payahnya, Arata, sepanjang kembali menjadi remaja, jatuh cinta pada Hishiro Chizuru. Nggak ada harapan sebenarnya, sebab setelah ReLIFE berakhir, Arata akan kembali menjadi sosok dewasa berusia 28 tahun, dan dirinya tentu kemudian dilupakan oleh teman-temannya.
Namun, ada kejutan lain yang dihadiahkan oleh teman-temannya, termasuk Hishiro Chizuru untuk dirinya yang mereka pahami, ‘hanya remaja seumuran mereka’.
Kesan Menonton Film Jepang ReLIFE
Kenangan, tetaplah milikmu, seumur hidup.
Film ReLIFE membuat hati saya terasa hangat, seusai menamatkannya. Banyak sekali pesan yang tersirat, sepanjang hampir 2 jam menyaksikan akting dari aktor dan aktris muda Jepang dalam live action yang diadaptasi dari anime dan manga ini.
Belum lagi, ada pesan lainnya, tentang persaingan sebagai pelajar. Betapa peringkat di kelas bisa membuat orang jumawa, bahkan bisa memicu dendam dan persaingan nggak sehat. Aih, di dunia kerja juga banyak sih yang begini.
Absolutely. Menjatuhkan orang lain, sama dengan menjatuhkan diri sendiri. Maka kenalilah dirimu, sebab kamu sejauh ini sudah melakukan yang terbaik dalam versimu sendiri. Berhentilah meremehkan dirimu dengan menjatuhkan pihak lain, menyalahkannya atas ambisimu yang belum tercapai jua.
Film ReLIFE bukan hanya menghadirkan kisah cinta ala remaja. Tetapi banyak sekali pesan yang mengena juga untuk orang dewasa.
Andaikan ada kesempatan yang mempertemukanmu dengan seseorang dari ReLIFE Research Institute dan menawari kamu untuk menjadi muda kembali dalam waktu 1 tahun seperti Kaizaki Arata, apa kamu mau juga?
Waaahh Kak Fanny beneran mau nih. Hihihi ….
Kebayang sih, asiknya jadi muda lagi. I mean, jadi anak SMA lagi kayak Arata. Seru emang masa-masa itu.
Langsung baper aku bacanya, jika masa muda bisa diulang lagi huhuhu, kadang impian itu pernah muncul sih.
masa lalu sih bukan untuk disesali harusnya, tapi menjadi pelajaran karena berkat masa lalu juga kita sampai di titik ini. menarik juga ya jalan ceritanya
Aku juga udah nonton film ini, bikin rimdu masa-masa SMA ya
Tapi nggak bisa kembali ke masa lalu Mba, kalau ikutan program dari ReLIFE.
Huum. Makanya dari manga, berubah jadi anime, eh nggak lama dimunculkan live action-nya juga.
Seru ya kalau bisa jadi anak SMA lagi tapi di masa sekarang dan pemikiran yang sekarang, juga kemampuan finansial yang sekarang. Hehehe.
Kan yang kembali ke masa lalu cuma fisiknya doang Mba. keberadaan kita sih tetap ada di masa sekarang.
wah keren ini filmnya boleh ni rekomendasi buat liburan hihi membayangkan fisik nmya di masa lalu tapi keberadaan tetap di masa sekarang