Tentang Film School Meals Time Gradution

film Jepang tentang menu makan siang di sekolah

School Meals Time Graduation yang dilabeli sebagai film dalam genre drama komedi ini mungkin akan lekas mengingatkanmu pada momen makan siang bersama yang menunya disiapkan oleh dapur sekolah. Khas Jepang ya.

Kalau ditelaah dari genrenya sih Gengs, di film bertema makanan ini tuh, ada unsur komedinya. Ya tapi nih, setelah MinMot menonton secara saksama dan konsentrasi tingkat tinggi … MinMot nggak diajak ketawa ngakak. So sad.

Ya tapi memang begitu sih ya. Entah memang selera humor MinMot aja yang tiris padahal muka sih imut-imut kayak kelinci gemes gini. Atau memang jarang saja nih drama atau film Jepang yang mengandung unsur komedi dan sukses bikin penonton sejenis MinMot bisa haha hihi.

Profil Film School Meals Time Graduation

Judul : School Meals Time Graduation / おいしい給食 卒業

Tahun Rilis : May 2022

Sutradara : Shinya Ayabe

Penulis Naskah : Yuji Ayanori, Maya Ayabe

Pemain Utama :

  • Hayato Ichihara sebagai Yukio Amarida (Amarida-sensei)
  • Kaho Tuchimura sebagai Sanae Munekata (Munekata-sensei)
  • Taishi Sato sebagai Gou Kamino

Durasi : 1 jam 44 menit

Rate Usia : 13 +

Salah satu film yang hadir dalam deretan tontonan di Japanese Film Festival Online 2024 yang aman untuk ditonton bareng anak-anak jelang remaja sih. Bahkan ada selipan pesan buat kamu yang doyan makan cokelat untuk berhati-hati dengan menu jajanan ini soalnya bisa banget disisipi alkohol yang tentu nggak baik untuk anak-anak.

Khususon buat MinMot sih, kandungan khamr begitu ya memang nggak baik saja buat diri. Organ hati bisa bermasalah. Banyak punya mudharatnya makanya masuk menu harooommm ya Gengs ya.

Hayato Ichihara vs Taishi Sato in School Meals Time Graduation
Battle on antara Amarida-sensei dan Gou Kamino tiap jam makan siang (note : di sini, nggak ada keistimewaan karena guru pun harus antre ambil menu makanan yang dibagikan secara adil porsinya) — image via : www.jff.jpf.go.jp

Sinopsis Singkat School Meals Time Graduation

Tersebutlah seorang guru di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kibinigo dengan latar tahun 1986 yang bernama Amarida-sensei. Ia dikenal sebagai guru galak yang cukup disiplin urusan jam masuk sekolah untuk para muridnya.

Apakah wajar sebagai pendidik bersikap demikian? Oh tentu saja. Kan tujuannya demi menciptakan generasi yang berkarakter di masa depan, ya kan?

Ada sisi unik dari Amarida-sensei yang rupanya membawanya menjadi seorang guru di sekolah menengah. Amarida-sensei mengejar karir sebagai seorang guru, dipicu oleh masakan ibu kandungnya yang ia anggap nggak enak.

Oleh karena itu, demi bisa terus mencicipi menu makanan sehat enak bergizi yang disajikan di sekolah maka dia mengejar karir sebagai guru biar terus bisa makan menu-menu khas sekolah nih. Sungguh motivasi karir dari Amarida-sensei yang unik bin ajaib, eh … tapi berhasil ya.

Hayato Ichihara in film School Meals Time Graduation
Hanya karena begitu mencintai menu makan siang di sekolah, Yukio Amarida berhasil jadi guru — image via : www.jff.jpf.go.jp

Nah, si SMP Kibinigo inilah, Amarida-sensei menemukan saingannya. Seorang murid kelas tiga yang rupanya punya indera pengecap setajam dirinya. Gou Kamino, namanya.

Kok bisa-bisanya sih guru malah menganggap muridnya sendiri saingan? Soalnya nih Gengs, gap generasi memang terkadang sulit dihilangkan.

Yukio Amarida menikmati setiap menu makanan sekolah yang disajikan, tentu dengan cara jadulnya. Sudah gitu, hiperbola pula. Tiap jumpa sama menu makan siang, badannya auto nggak bisa diam saking senangnya.

Di sisi lain, Gou Kamino bisa banget membuat menu yang biasa saja dari pihak dapur sekolah, jadi spesial dengan berbagai teknik makan dan cara ia mencampur setiap menu yang terhidang. Elegan dan bergaya pokoknya.

Otomatis, Amarida-sensei lekas menyadari kehadiran seorang saingannya di kelas. Soalnya Gou Kamino ini kalau makan tuh nggak se-satset Amarida-sensei. Benar-benar kelihatan menikmati tiap suapan dan kunyahan, pokoknya.

Beda banget sama yang disajikan dalam film The Zen Diary. Penonton dibuat penasaran lewat bahan makanan sambil menerka rasa makanannya akan seperti apa. By the way — belok sedikit dari bahasan ini ya, Gengs — kemarin MinMot cobain makan Bayam sampai akarnya seperti di film The Zen Diary. Enak juga. Malah jadi nggak ada bagian dari Bayam yang terbuang. Ahaha … oke balik ke School Meals Time Graduation lagi.

Mungkin kamu bertanya-tanya, sosok Munekata-sensei di film bergenre drama komedi ini untuk apa. Seperti yang sudah MinMot sampaikan di awal artikel, kalau camilan cokelat bisa saja disisipi oleh minol. Nah … sosok Sanae Munekata inilah yang tanpa sengaja — karena memang nggak tahu juga sih — pada Amarida-sensei dan buat guru ajaib kita satu ini jadi bertingkah makin aneh.

Ada selipan pesan kalau alkohol itu bisa banget mengganggu kewarasan seseorang, walau dosisnya sedikit. Dicontohkan sama tingkahnya Yukio Amarida habis makan cokelat. Pun alkohol itu –menurut versi School Meals Time Graduation ya — bisa melemahkan indera pengecap.

Apakah guru Munekata yang cantik ini hanya begitu saja perannya dalam cerita? Oh tentu nggak sih. Malah keberadaannya bikin Amarida-sensei bisa menunjukkan sisinya sebagai orang dewasa yang jatuh cinta tapi ya rasional dan nggak mau bersikap egois sama seseorang. Nah kan, kali ini MinMot kebayang cerita We Made A Beautifull Bouquet.

Apakah selanjutnya akan ada kenangan manis yang tercipta antara Yukio Amarida dan muridnya, Gou Kamino, di tahun itu mengenai momen makan siang mereka di sekolah? Apa iya film ini hanya menghadirkan scene makan-makan di sekolah doang?

Pesan Soal Makanan dari Film Bertema Menu Makan Siang Di Sekolah

Ada satu kesamaan di antara guru unik dan muridnya ini. Keduanya sama-sama suka banget mondar-mandir ke dapur sekolah.

Sudah begitu, keduanya paling memperhatikan daftar menu harian yang selalu dibagikan dalam rupa selebaran setiap bulannya. Selalu saja ada hari yang ditunggu dan buat mereka kelihatan nggak sabaran gitu.

Taishi Sato School Meals Time Graduation 2022
Taishi Sato sebagai Gou Kamino di sini gemes banget ya, Gengs. — image via : www.jff.jpf.go.jp

Oh … ada lagi nih, Gengs. Gou Kamino juga jadi saingan Amarida-sensei, tentu karena Kamino-kun ini tuh punya keberanian untuk menunjukkan minat kuatnya pada dapur sekolah dan menu makan siang yang disajikan. Kalau Amarida-sensei sih kebanyakan jaimnya.

Hingga di suatu hari, terjadi perubahan peraturan tentang menu makanan yang disajikan untuk sekolah-sekolah, dan tentu saja SMP Kibinigo kena dampaknya juga. Menu yang tadinya menghadirkan rasa umami yang kuat, berubah jadi tawar dengan alasan kesehatan para siswa.

Bahkan nih, menu makan siang rasanya berubah jadi hambar. Termasuk buah yang disajikan pun, diperlakukan sedemikian rupa dengan tujuan agar anak-anak sekolah mudah menghabiskannya

Sayang sekali. Apa yang dinas pendidikan di pemerintah daerah Kibinigo tetapkan, nggak sinkron dengan apa yang anak-anak sukai. Gou Kamino tentu jadi siswa yang paling pertama protes dan berani mendatangi kantor wilayah yang berurusan dengan makan siang sekolah.

Yukio Amarida yang sebenarnya diam-diam terlibat dalam protes sejak awal — namun dengan cara nyeleneh — akhirnya turun tangan terang-terangan juga sebagai guru. Ia bertekad untuk mengembalikan menu makan siang yang nikmat dan lezat untuk para muridnya. Terinspirasi dari Gou Kamino yang ogah tahun terakhirnya di SMP berakhir dengan menu makan siang sekolah yang nggak enak dimakan.

Apakah perjuangan keduanya akan berhasil? Usut punya usut, karena ikutan protes soal menu makan siang, Amarida-sensei juga terancam dimutasi ke sekolah lain. Semacam mengusir secara halus sosok yang vokal atas kebijakan yang hanya fokus menguntungkan orang-orang di pemerintahan.

Ups … seperti yang sering terjadi di dunia nyata nggak sih? Kalau protes mulu, kemungkinan akan dibungkam dengan berbagai cara gitu.

Pesan Tentang Menghargai Makanan yang Kental Terasa Sepanjang Menonton

Apa yang kamu masukkan ke dalam tubuh dalam rupa makanan, akan mempengaruhi hampir keseluruhan dirimu bahkan aktivitas harianmu. Terasa jelas pesan ini disampaikan di scene Arida-sensei bersama dengan Munekata-sensei. Poin pentingnya, bersinggungan dengan alkohol.

Bagi orang dewasa seperti Sanae Munekata, apalagi di Jepang sama ada budaya nomikai alias minum minol bersama sepulang bekerja demi merayakan sesuatu, mendapati alkohol di menu ringan itu jadi sesuatu yang menyenangkan. Ketidaktahuan Munekata-sensei atas keadaan lidah super perasa dan tubuh Amarida-sensei yang sensitif pada alkohol, membawa percikan masalah.

Kaho Tuchimura as a teacher in School Meals Time Graduation
Awal mula Amarida-sensei otewe keracunan alkohol — image via : www.jff.jpf.go.jp

Bermula dari sebuah cokelat yang isian tengahnya wiski — cmiiw kalau MinMot salah ingat ya — yang diberikan Munekata-sensei sebagai ucapan terima kasih saat keduanya berjumpa di toko jajanan sepulang sekolah, masalah perasaan dimulai. Amarida-sensei yang sebenarnya mendadak oleng karena kemasukan alkohol setitik ke tubuhnya, auto bikin Munekata-sensei ketar-ketir.

Ya bayangkan saja. Nggak ada pedekate sebelumnya, kok tiba-tiba diajak menikah. Wah, red flag darurat nggak tuh?

Pesan kuat kalau alkohol walau secuil, bisa merusak kewarasan seseorang. Nggak peduli dia sudah dewasa dan secara budaya kebiasaan sekitar, sudah diijinkan untuk konsumsi begituan.

Dari menonton secuplik cerita di film Jepang School Meals Time Graduation, MinMot jadi makin tersadar kalau memang larangan atas konsumsi khamr alias alkohol memabukkan itu memang nggak ada bagus-bagusnya. Makanya masuk golongan haram. Bentuknya pun nggak selalu dalam botol. Bisa berwujud cokelat yang terasa aman saja kalau dimakan.

Menghargai makanan bukan hanya bermakna menghabiskan segala yang sudah dihidangkan. Namun juga, menyajikan makanan terbaik yang bisa membuat orang yang memakannya akan merasakan bahagia, syukur yang berlimpah.

Sepanjang menonton School Meals Time Graduation, ada banyak sekali pesan soal menghargai makanan dan menikmati momen makan yang dihadirkan. Terutama lewat tingkah Yukio Amarida dan Gou Kamino nih. Recommended buat ditonton remaja dan orangtua, juga guru.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *